penilitian indakn kelas


PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DOLMEN PTK TAHUN 2022

 

Nama Guru                                           :  Bana Agung Darojat, S.Pd.I

NIP                                                        :  -

Pangkat/ Golongan                               :  -

Nama Sekolah                                      :  SMA Negeri 1 Banyudono

Mata pelajaran                                      :  Pendidikan Agama Islam

Kelas                                                     :  XI IPA-1

 

“PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DENGAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN  MOTIVASI SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 MATERI HUKUM TAJWID Q.S YUNUS AYAT 40-41 DI SMA NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2021/2022”

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

            Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. oleh sebab itu pendidik brtugas menuntun tumbuh kembangnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

            Dengan sistem among maka guru akan menjadi partner belajar bagi peserta didik yang hiterogen tersebut. Dengan begitu student centered learning dapat ditunaikan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari bagi guru dan peserta didik.

            SMA Negeri 1 Banyudono merupakan sekolah yang memiliki kemampuan siswa yang sangat hiterogen, sehingga setiap guru di tuntut untuk dapat menggali kemampuan rata-rata anak dengan melihat kebutuhan belajar anak. dengan begitu guru haruslah memiliki         kemampuan untuk menjadi pamong atau fasilitator bagi peserta didiknya.

            Dengan melihat realita di lapangan tujuan dan cita-cita dari KHD tidaklah mudah untuk diterpakan dalam pembelajran. hal ini di karenakan tingkat motivasi siswa yang lemah dan hasil belajar di bawah KKM yang cukup lumayan banyak.

            Berpatokan pada hasil belajar siswa yang kurang baik dengan nilai di bawah rata-rata kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan metode Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 khususnya dalam ILMU TAJWID.

B.     IDENTIFIKASI MASALAH

                  Dari hasil studi pendahuluan dan diskusi maka dapat teridentifikasi beberapa masalah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian tindakan ini, meliputi:

1. Motivasi belajar siswa yang kurang.

2. Rendahnya hasil belajar siswa tentang ilmu Tajwid.

 

 

C.    PERUMUSAN MASALAH

                  Penelitian tindakan kelas ini hanya dibatasi pada penerapan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pbl untuk meningkatkan  motivasi siswa dan hasil belajar siswa kelas xi ipa 1 materi hukum tajwid q.s yunus ayat 40-41 di sma negeri 1 banyudono tahun pelajaran 2021/2022.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimanakah langkah pembelajaran bediferensiasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Ilmu Tajwid agar hasil belajar sesuai dengan tujuan?

2.      Bagaimanakah motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Ilmu Tajwid dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi?

D.    TUJUAN PENELITIAN

                  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Mendiskripsikan langkah pembelajaran bediferensiasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Ilmu Tajwid agar hasil belajar sesuai dengan tujuan.

2.      Membuat diskripsi motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Ilmu Tajwid dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

 

 

E.     RENCANA PEMECAHAN MASALAH

                  Pendidik diharapkan menerapkan pembelajaran berdiferensasi sesuai dengan standar kompetensi dn kompetensi dasar. berikut Kerangka pemecahan masalah pembelajaran berdiferensiasi Ilmu Tajwid

 

 

 

F.     MANFAAT PENELITIAN

                  Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1.      Dapat dijadikan rujukan atau masukan bagi sekolah, guna peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyudono kususnya.

2.      Hasil penilitan ini diharapkan dapat meningkatkan kwalitas pembelajaran bagi guru di kelas

3.      Dalam bidang ilmu, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah kepustakaan yang berkaitan dengan kajian pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk bahan perbandingan dalam penelitian sejenis.

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

                                                                                                    

A.    Kajian Pustaka

1.      Strategi Pembelajaran Beridiferensisi

Tomlinson (2001:1) mengemukakan bahwa pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap murid, sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif. Pada LMS Modul 2.1 PGP (2020), Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

a.       Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ siswa untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap siswa di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. 2.

b.      Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar siswanya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

c.       Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, guru perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar siswa-siswanya. Tomlinson (2001) menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar siswa, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:

1.      Kesiapan belajar (readiness) siswa. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan siswa akan membawa siswa keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

2.      Minat siswa Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, siswa juga memiliki minat sendiri. Ada siswa yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi siswa untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat siswa dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:

a)      membantu siswa menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;

b)      menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;

c)      ) menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi siswa sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan

d)     meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

3.      Profil belajar siswa Profil belajar siswa terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:

·         Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).

·         Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).

·         Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

     Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar siswa, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran siswa diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.Pendekatan

Pembelajaran Berdeferensiasi

          Menurut Andini (2016) pembelajaran diferensiasi menggunakan berbagai pendekatan (multiple approach) dalam konten, proses dan produk. Dalam kelas diferensiasi, guru akan memperhatikan 3 elemen penting dalam pembelajaran diferensiasi di kelas yaitu (1) Content (input) yaitu mengenai apa yang murid pelajari, (2) Proses yaitu bagaimana murid akan mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang dipelajarinya, (3) product (output), bagaimana murid akan mendemonstrasikan apa yang sudah mereka pelajari. Ketiga elemen tersebut di atas akan dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan (interes) dan learning profile.

          Terdapat 3 elemen penting yang dilakukan diferensiasi, antara lain:

a.       Content, konten berhubungan dengan apa yang akan murid-muird ketahui, pahami dan yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru akan memodifikasi bagaimana setiap murid akan mempelajari suatu topik pembelajaran. Misalnya, guru akan mengajarkan matematikan yang mana tujuan objektifnya adalah murid-murid bisa membaca waktu. Dari murid-muridnya di kelas, mungkin guru akan menemukan anak yang belum mengerti mengenai konsep angka, ada juga yang belum mengertai mengenai konsep waktu dan mungkin beberapa muridmurid di kelasnya sudah memahami dan bisa membaca waktu dengan baik. Bagi anakanak yang tingkat kesiapannya sudah siap dan mengerti akan konten yang akan dipelajarinya, hal ini tidak menjadikan masalah bagi murid untuk belajar hal yang sama sesuai dengan konten yang sudah ditentukan. Bagi tingkat kesiapannya belum memahami mengenai konten tersebut, guru perlu melakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan tingkat kesiapan murid tersebut.

b.      Process, Proses merupakan cara murid mendapatkan informasi atau bagaimana ia belajar. Dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berdasarkan konten yang akan dipelajari. Aktivitas akan dikatakan efektif apabila berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan murid. Murid akan bisa mengerjakan dengan sendirinya dan berguna bagi diri mereka sendiri.

c.       Product, produk merupakan bukti apa yang sudah mereka pelajari dan pahami. Murid-murid akan mendemostrasikan atau mengaplikasikan mengenai apa yang sudah mereka pahami. Produk akan merubah murid dari “consumers of knowledge to producer with knowledge”.

          Dalam konteks penelitian ini, peneliti mendesain pembelajaran berdasarkan 3 (tiga) elemen pennting dalam pendekatan berdeferensiasi, dengan mempertimbangkan kondisi siswa, yang selanjutnya dituangkan dalam RPP yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

 

 

2.      Problem Based Learning

            Problem Based Learning  pertama kali dikenalkan pada tahun 1969 di sekolah kedokteran McMaster University, Hamilton, Kanada. Sejak itu, banyak universitas dan sekolah di seluruh dunia yang menggunakan metode pembelajaran ini sampai sekarang.

 

            Dalam Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (2020), problem based learning diartikan sebagai metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mendapatkan ilmu baru dari analisis berbagai pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki, serta menghubungkannya dengan permasalahan belajar yang diberikan guru. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk memberikan siswa pengalaman belajar yang mengutamakan kemampuan analisis materi secara mandiri. Dengan adanya permasalahan yang nyata, mereka bisa belajar berpikir kritis, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuannya sendiri.

 

 

 

            Problem Based Learning memiliki 5 Karakteristik. dintaranya adalah :

1.      pembelajaran dimulai dari penyajian masalah atau pertanyaan yang bersifat jelas dan tidak menimbulkan masalah baru, berakar pada kehidupan nyata, serta sesuai dengan pembelajaran awal

2.      berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu

3.      proses belajar siswa meliputi kegiatan manganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menyajikan hasil akhir,

4.      siswa bertugas untuk menjelaskan ap yang telah mereka pelajari

5.      kegiatan belajar dilakukan secara kolaboratif dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.

                        Dari kelima karakteristik di atas, fokus utama pembelajaran berbasis masalah bukanlah untuk menghafal materi melainkan pada kegiatan siswa dalam menemukan pengetahuan barunya melalui proses berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan solusi.

3.      Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 3) mengatakan bahwa motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya; (2) motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik, makan pecel, makan cokelat, dan lain-lain; (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.  Menurut Haris Mudjiman (2008 : 37) mengatakan bahwa motivasi belajar dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah pemberian motif artinya pemberian daya penggerak yang merupakan energi psikis yang baru kepada sasaran sehingga subyek sasaran berperilaku sesuai dengan keinginan yang dikehendaki. Jadi dapat disimpulkan pula bahwa ada beberapa peranan penting  dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar.

4.      Hasil Belajar

Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang dikeluarkan Balai Pustaka, yang dimaksud prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) dan belajar berarti berusaha (berlatih, dan sebagainya) supaya mendapat suatu kepandaian (Poerwadarminta, 2003 :121 dan 910). Menurut Syaifudin Aswar (2007 : 13) menyatakan arti dari prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh pebelajar dalam belajar. Sedangkan pengertian belajar menurut Ngalim Purwanto (2005 :84) adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kacakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Menurut Nana Sudjana (2009 : 28) belajar adalah ”Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil proses pembelajaran dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya serta aspek yang ada pada individu. Lebih lanjut dikatakan bahwa belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berubah melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu, bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.     

Dari beberapa teori belajar dan pengertian prestasi, dapat disimpulkan tentang pengertian belajar, yaitu hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran, dapat diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen lain yang relevan. Dengan belajar akan dapat memperoleh pengalaman berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya dan prestasi belajar menunjukkan hasil dari suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman.

5.      Ilmu Tajwid

Istilah hukum tajwid sudah tidak asing lagi, khususnya bagi kaum muslim. Pengertian hukum tajwid secara sederhana adalah hukum yang mengatur tata cara membaca Alquran dengan benar.

Dalam hukum tajwid, ada banyak aturan dan kaidah yang menuntun umat Islam agar dapat membaca Alquran. Alquran tidak dapat dibaca secara sembarangan karena akan mengurangi atau bahkan mengganti makna dari setiap ayat dalam Alquran.

Agar dapat memahami dasar dari hukum tajwid, pengertian hukum tajwid perlu dipahami lebih dalam. Berikut ini beberapa pengertian hukum tajwid dan pentingnya mempelajari hukum tajwid.

 

 

Pengertian Hukum Tajwid Menurut Bahasa dan Istilah

Hukum tajwid memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh ahli, ulama, dan pemuka agama. Dikutip dari Ilmu Tajwid Lengkap (Revisi) karya Samsul Amin, berikut pengertian hukum tajwid menurut bahasa dan istilah.

1. Secara Etimologi

Pengertian hukum tajwid jika dikaji dari asal-usul katanya berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata dan bentuk masdar جوّد – يجوّد – تجويدا (jawwada- yujawwidu-tajwid). Adapun makna dari kata tersebut adalah memperbaiki, memperindah, dan memperbagus.

2. Secara Terminologi

Dalam ilmu terminologi, kata tajwid memiliki pengertian sebagai berikut:

Artinya:

“Mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya (tempat keluarnya) dengan memberikan hak-hak dan mustahaq dari sifat yang dimilikinya"

 

Berdasarkan penjelasan tersebut, tajwid mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu huruf, baik dari hak-haknya maupun hukum yang ada karena hak-hak tersebut terpenuhi. Tak hanya itu, tajwid juga mengatur mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu huruf, huruf mad, dan lain sebagainya.

Dalam ajaran Islam, tajwid dapat diartikan sebagai suatu ilmu maupun hukum atau kaidah. Tajwid sebagai suatu ilmu adalah ilmu yang membahas ilmu yang mempelajari tentang tata cara kaidah dalam membaca Alquran.

Menurut Imam Ibnul Jazari dalam kitab An Nasyr fil Qira’at Al ‘Asyr menjelaskan: Tajwid adalah membaca dengan membaguskan pelafalannya, yang terhindar dan keburukan maknanya, serta membaca dengan maksimal tingkat kebenarannya dan kebagusannya.

 

 

  1. PENELITIAN YANG RELEVAN

1.      Penelitian Afifah, (2019) Penyajian mata pelajaran PAI khususnya pada materi Tajwid hukum bacaan Nun mati dan Tanwin yang disajikan dengan cara konvensional ternyata hasil belajarnya sangat rendah.untuk itu perlunya pembelajaran berdiferensiasi

2.      Penelitian Suwartiningsih (2021) tentang ” Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar

  1. KERANGKA BERPIKIR

               Berdasarkan pada kajian-kajian teori yang telah dipaparkan sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut :

Salah satu bentuk pembelajaan berdiferensiasi adalah dengan memteakkan kebutuhan belajarnya terlebih dahulu sebelum masuk pada inti pembelajaran. Diantara kebutuhan belajarnya tersebut adalah:

1.      Readines

2.      Minat

3.      Profil Belajar

kita bisa mengkondisikan kemampuan anak berdasarkan salah satu kebutuhan belajar anak di atas. setelah kita memenuhi kebutuhan belajar anak kita dapat menerapkan dalam strategi diferensiasi. yatu

1.      Diferensiasi Konten

2.      Diferensiai Proses

3.      Diferensiasi Produk

Dalam hal ini kita juga bisa memilih salah satu strategi diferensiasi di atas dengan materi hukum tajwid

Diagram   : Kerangka berfikir

 

 

 

 

Pembelajaran Berdiferensiasi

 

 

 

®

 

 

 

Problem Solving Learning

 

 

 

 ®

 

 

 

Motivasi Belajar

 

 

 

®

Proses pembelajaran hukum tajwid dengan materi

-   awalan

-   hukum nun mati dan mim mati

-   Kesungguhan

-   Partisipasi

-   Kerjasama

 

 

 

®

 

 

 

 

Hasil Belajar

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.       Setting Penelitian

 

1.      Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Banyudono yang terletak di jalan Jembungan Banyudono Boyolali 57373. Sekolah ini terletak di wilayah pedesaan dan di tengah-tengah perkampungan serta sawah kurang lebih 5 km ke arah timur dari kantor kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

 

   Latar belakang dipilihnya lokasi ini, mengingat peneliti adalah guru SMA Negeri 1 Banyudono yang bertugas mengampu mata pelajaran pendidikan jagama islam dengan materi yang diajarkan disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah diterapkan di Sekolah. Dengan melakukan penelitian di sekolah sendiri, peneliti berkesempatan untuk mengenali dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di kelas secara efektif, efisien dan produktif.

B.       Waktu Penelitian

                    Penelitian dilakukan  pada semester 1 Tahun Pelajaran 2022/2023 dan direncanakan akan dilaksanakan sesuai dengan  pembagian jadwal penelitian sebagai berikut :

 

No

Kegiatan Penelitian

Bulan

Agustus

Sept.

Oktober

November

Des.

1

2

3

4

5

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

5

1

2

3

4

1.

Pembuatan Proposal dan Ijin Penelitian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Pengembangan  Kajian Teori

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

Pengambilan Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Analisis Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Penyusunan Laporan Penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.       Subjek Penelitian

          Dalam penelitian ini subjek pelaku tindakan adalah guru pendidikan agama islam dan siswa kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Banyudono semester 1 tahun pelajaran 2022/2023 yang terdiri dari 36 siswa sebagai subjek yang dikenai tindakan. Subjek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, yakni ada sebagian siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

D.       Sumber Data

1.      Tempat dan peristiwa

          Tempat yang menjadi sumber data dalam pelaksanaan ini adalah kelas XI IPS.1 SMA Negeri 1 Banyudono. Sedangkan peristiwa yang dijadikan sumber data adalah proses kegiatan pembelajaran.

2.       Informan

          Sumber data lain yang ada adalah hasil wawancara dari informan yang meliputi, kolaborator atau guru pendidikan jasmani dan siswa yang melaksanakan proses pembelajaran.

3.       Dokumen dan arsip

          Sumber data lain berupa dokumen yang meliputi hasil evaluasi siswa dan dokumen lain berupa foto-foto kegiatan pembelajaran

E.       Prosedur PTk

          Prosedur PTK meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan. Siklus-siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.      Siklus 1

No

Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan

1 .

Planning

1) Guru mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesukaran dalam pelajaran ilmu TAJWID.

2) Pengumpulan data tersebut dilakukan dari hasil evaluasi atau tes materi ilmu tajwid pada ayat sebelumnya, wawancara, observasi, dll.

3) Guru membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan berbagai pola latihan yang dijenjang dari yang paling mudah ke tingkat yang lebih komplek.

4) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran ketika latihan atau metode tersebut diterapkan.

5) Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam melakukan gerakan ilmu TAJWID, serta untuk mengetahui media yang digunakan dalam proses pembelajaran apakah sudah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan keterampilan dasar ilmu TAJWID.

6) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka optimalisasi materi ilmu TAJWID..

7) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan.

2

Acting

1) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai materi yang hendak disampaikan.

2) Guru memberikan materi awal berupa ilmu TAJWID dasar secara bertahap nun sukun, mim mati dan mad.

3) Cara melaksanakan pembelajaran:

a)      pengenalan hukum nun mati an tanwin

b)      peserta didik mengidentifikasi setiap huruf-huruf yang terdapat dalam hukum bacaan nun mati melalui pengamatan di youtube atau di blog sesuai profil belajar mereka

c)      peserta didik membedakan hukum bacaan dalam ilmu TAJWID hukum nun mati

d)     peserta didik dapat mengidentifikasi hukum-hukum bacaan TAJWID

4) Dalam setiap tahapan peserta didik diberi waktu untuk saling tukar pengalaman dengan teman satu kelompok. sehingga terwujud tutuor sebaya.

8) Guru memberikan evaluasi atau tes ilmu TAJWID kepada seluruh peserta didik secara individual.

9) Menganalisis hasil evaluasi, jika hasilnya belum mencapai target yang diinginkan,  guru melakukan refleksi kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I.

3

Observing

1) Guru melakukan observasi dengan memakai format observasi, mengumpulkan data-data yang telah diperoleh, berupa data hasil evaluasi, data hasil observasi, data hasil wawancara, data berupa angket.

2) Guru mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran, diskusi dengan kolaborator tentang pelaksanaan tindakan dan mencatat kelemahan-kelemahan pada siklus I, baik ketidaksesuaian antara tindakan dengan skenario maupun respons peserta didik.

4

Reflecting

1)  Guru sebagai peneliti mengolah atau menganalisis data yang telah diperoleh.

2) Menentukan kesimpulan sementara dengan menggunakan data,  dilakukan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi perbaikan pada tindakan di siklus-siklus berikutnya.

3) Kesimpulan tersebut dapat direfleksi dari penguasaan guru terhadap aplikasi atau penerapan pembelajaran berdiferensasi yang diberikan.

 

b.      Siklus 2

Dalam siklus II dilakukan dengan melihat hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I. Jika hasil evaluasi menunjukkan hasil pembelajaran masih belum mencapai target, perlu adanya refleksi apakah ada kelemahan metode pada siklus I yang diterapkan oleh guru berkaitan penguasaan guru terhadap metode pembelajaran berdiferensiasi.  Jika masih ada kekurangan, maka pada siklus II dilakukan penyempurnaan metode tersebut dalam pembelajaran. Perlakuan siklus II hampir sama dengan perlakuan pada siklus I, yang ditekankan adalah penyempurnaan model pembelajaran dan kendala-kendala yang ada oleh guru.

No

Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan

1

Planning

1) Guru membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang belum teratasi dan penetapan masalah.

2)  Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

3)  Pengembangan program tindakan siklus II

2

Acting

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui :

1)  Guru melakukan apersepsi

2)  Peserta didik diperkenalkan dengan materi latihan yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3)  Peserta didik memperhatikan dan memahani materi ajar tentang ilmu TAJWID.

4)  Peserta didik bertanya tentang ilmu TAJWID yang diberikan.

5)  Peserta didik mempraktikkan bacaan dengan menerapkan ilmu TAJWID.

6)  Peserta didik melakukan latihan secara kelompok agar saling membantu temannya yang belum mahir.

7)  Peserta didik melakukan tes ilmu TAJWID.

3

Observing

1)  Guru dan kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran peserta didik.

2)  Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

3)  Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan

4

Reflecting

1)  Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

2)  Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.

3)  Evaluasi tindakan II.

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10 % dari siklus I. Dilanjutkan pada siklus III, jika diperlukan.

 

F.        Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa tes berupa data kuantitatif dan non tes berupa data kualitatif. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan skor/nilai keterampilan dasar bola basket yang dihasilkan oleh siswa, baik pada siklus I, siklus II maupun siklus III. Teknik non tes dengan menggunakan observasi, jurnal siswa dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap perilaku guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data yang lain diperoleh melalui catatan harian (jurnal siswa) dan wawancara dengan guru dan beberapa siswa yang menonjol tentang pelakasanaan pembelajaran dan segala hal yang melatar belakanginya.

2.    Alat Pengumpulan Data

   Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, jurnal siswa, pedoman wawancara, angket, dan tes. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a)        Observasi mengacu pada lembar observasi yang berisi hal-hal cara guru menyampaikan topik pelajaran, penyajian materi dan cara mendemonstrasikannya, pembimbingan dan evaluasi. Observasi terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan melakukan gerakan-gerakan yang diberikan oleh guru.

b)        Jurnal yang dibuat oleh siswa berisi laporan kesan-kesan yang dirasakan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran dintaranya: terhadap guru menjelaskan materi, cara guru mendemonstrasikan gerakan, cara guru memberikan pelatihan dan pembimbingan dan interaksi yang terjadi di lapangan.

c)        Wawancara, digunakan untuk mendapatkan data pendukung yang ditujukan kepada guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dan juga beberapa siswa yang menonjol pada saat proses pembelajaran, terutama tentang masalah yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

d)       Angket Motivasi, diberikan kepada para siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas dalam pembelajaran keterampilan lompat jauh. Angket ini diberikan dua kali, yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan dan pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh melalui angket tersebut dapat diketahui peningkatan kualitas proses atas keterampilan siswa serta dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi siswa dalam keterampilan dalam Ilmu Tajwid.

e)        Tes, untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes keterampilan lompat jauh diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam melakukan keterampilan identifikasi Ilmu Tajwid dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil prestasi siswa. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan keterampilan tersebut  sesuai dengan siklus yang ada.

 

G.      Validasi Data

Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu diuji validitas datanya sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk uji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi dan review informasi kunci.

Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam kaitannya dengan triangulasi sumber data, peneliti mengutamakan pengecekan informasi dari informan. Informasi yang diperoleh dari informan dicek silang dengan informan lain. Dalam hal ini informasi dari kolaborator dicek dengan pengamatan langsung oleh peneliti, begitu sebaliknya hasil pengamatan dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti dicek ulang oleh kolaborator dan seterusnya.

Review informan kunci yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi temuan kepada informan pokok sehingga diperoleh kesepakatan pokok antara informan dan peneliti tentang data atau interprestasi temuan itu. Dalam hal ini temuan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh kolaborator, begitu pula sebaliknya temuan yang diperoleh kolaborator dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh dengan peneliti dan seterusnya. Dengan cara itu, penafsiran sepihak dari peneliti terhadap suatu informasi dapat dihindari. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dengan teman sejawat (pengamat) setelah kegiatan atau kajian dokumen. Transkip hasil pengamatan dan wawancara perlu dicek kembali keabsahannya.

H.       Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan teknik  deskriptif komparatif dan deskriptif analitik. Data tes awal dijadikan tolak ukur kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan perlakuan dalam siklus I. Kemudian skenario perbaikan dalam pelajaran dilakukan dengan memperhatikan instrumen-instrumen yang telah dibuat. Selanjutnya diberi tes tentang keterampilan bola basket. Demikian selanjutnya hingga hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif analitik, dengan penjelasan sebagai berikut :

1)        Data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Hasil komparasi tersebut untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya. Indikator yang belum tercapai  diperbaiki pada siklus berikutnya, sehingga kekurangan-kekurangan yang telah diperbaiki pada siklus berikutnya dapat meningkatkan pencapaian kompetensi. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

2)        Data kualitatif, berasal dari observasi, jurnal dan wawancara diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis, kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan ditandai semakin meningkatnya keterampilan dasar siswa. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.

 

I.          Indikator Kinerja

a.  Ukuran keberhasilan peningkatan motivasi diukur dari adanya peningkatan skor rata-rata kelas tentang motivasi belajar dan minimal 80 % siswa meningkat skor motivasi belajarnya.

b.  Ukuran keberhasilan peningkatan prestasi belajar diukur dari adanya peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar dan adanya pencapaian skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 secara klasikal 85 % dari jumlah siswa.

J.         Rancangan Penilitian

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran dengan menggunakan desain atau rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.

1.  Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berfokus pada kelas atau proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. (Suharsimi Arikunto : 2008:2).

Menurut Suharjono (2008 : 62) mengemukakan ”ciri khusus PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan”. Selajutnya Suharjono (2008 : 63) mengatakan pula ”Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action)”.

Jadi dapat disimpulkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk memperbaiki proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Peneltian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitain yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian diawali oleh permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal ini kemudian dijadikan dasar kajian untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.   

 

 

 

 

 

 

 

2.  Model Penelitian Tindakan

         Suharsimi Arikunto (2008 : 16) mengemukakan ”Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

Diagram 2 : Tahapan dalam penelitian tindakan (Suharsimi Arikunto, 2008:16)

 

 

 

 

 

                    

 

Hasil Plagiarisme

Komentar

Postingan populer dari blog ini

koneksi antar materi 2.2