penilitian indakn kelas
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DOLMEN PTK TAHUN 2022
Nama Guru : Bana Agung Darojat, S.Pd.I
NIP : -
Pangkat/ Golongan : -
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Banyudono
Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : XI IPA-1
“PENERAPAN PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI DENGAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
XI IPA 1 MATERI HUKUM TAJWID Q.S YUNUS AYAT 40-41 DI SMA NEGERI 1 BANYUDONO
TAHUN PELAJARAN 2021/2022”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah
menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. oleh sebab itu pendidik brtugas menuntun tumbuh
kembangnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki lakunya
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Dengan sistem among maka guru akan menjadi partner
belajar bagi peserta didik yang hiterogen tersebut. Dengan begitu student
centered learning dapat ditunaikan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari
bagi guru dan peserta didik.
SMA Negeri 1 Banyudono merupakan sekolah yang memiliki
kemampuan siswa yang sangat hiterogen, sehingga setiap guru di tuntut untuk
dapat menggali kemampuan rata-rata anak dengan melihat kebutuhan belajar anak.
dengan begitu guru haruslah memiliki kemampuan
untuk menjadi pamong atau fasilitator bagi peserta didiknya.
Dengan melihat realita di lapangan tujuan dan cita-cita dari
KHD tidaklah mudah untuk diterpakan dalam pembelajran. hal ini di karenakan
tingkat motivasi siswa yang lemah dan hasil belajar di bawah KKM yang cukup
lumayan banyak.
Berpatokan pada hasil belajar siswa yang kurang baik
dengan nilai di bawah rata-rata kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 maka
penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan
pembelajaran berdiferensiasi dengan metode Problem Based Learning untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 khususnya dalam
ILMU TAJWID.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Dari hasil studi pendahuluan
dan diskusi maka dapat teridentifikasi beberapa masalah yang melatar belakangi
dilakukannya penelitian tindakan ini, meliputi:
1. Motivasi belajar siswa yang kurang.
2. Rendahnya hasil belajar siswa tentang ilmu Tajwid.
C.
PERUMUSAN MASALAH
Penelitian tindakan kelas ini
hanya dibatasi pada penerapan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan
model pbl untuk meningkatkan motivasi
siswa dan hasil belajar siswa kelas xi ipa 1 materi hukum tajwid q.s yunus ayat
40-41 di sma negeri 1 banyudono tahun pelajaran 2021/2022.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah
langkah pembelajaran bediferensiasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang
Ilmu Tajwid agar hasil belajar sesuai dengan tujuan?
2.
Bagaimanakah
motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang
Ilmu Tajwid dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi?
D.
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah
di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mendiskripsikan
langkah pembelajaran bediferensiasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
tentang Ilmu Tajwid agar hasil belajar sesuai dengan tujuan.
2.
Membuat
diskripsi motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama
Islam tentang Ilmu Tajwid dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
E.
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Pendidik diharapkan menerapkan
pembelajaran berdiferensasi sesuai dengan standar kompetensi dn kompetensi
dasar. berikut Kerangka pemecahan masalah pembelajaran berdiferensiasi Ilmu
Tajwid
F.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan
kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Dapat
dijadikan rujukan atau masukan bagi sekolah, guna peningkatan mutu pendidikan
di SMA Negeri 1 Banyudono kususnya.
2.
Hasil
penilitan ini diharapkan dapat meningkatkan kwalitas pembelajaran bagi guru di
kelas
3.
Dalam
bidang ilmu, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah kepustakaan yang
berkaitan dengan kajian pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk bahan perbandingan dalam penelitian
sejenis.
BAB II
A.
Kajian Pustaka
1.
Strategi Pembelajaran Beridiferensisi
Tomlinson (2001:1) mengemukakan bahwa
pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk
mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka
pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan
suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten,
memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap murid, sehingga murid-murid
akan bisa lebih belajar dengan efektif. Pada LMS Modul 2.1 PGP (2020), Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Keputusan-keputusan
yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
a. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan
belajar yang “mengundang’ siswa untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai
tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap siswa di kelasnya
tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. 2.
b.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar siswanya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar siswa tersebut. Misalnya, apakah ia perlu
menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta
penilaian yang berbeda.
c.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas.
Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah
berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon
kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, guru perlu melakukan identifikasi
kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih
tepat terhadap kebutuhan belajar siswa-siswanya. Tomlinson (2001) menyampaikan
bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar siswa, paling tidak
berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Kesiapan belajar (readiness) siswa.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.
Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan siswa akan membawa siswa
keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan
dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
2. Minat siswa Kita tahu bahwa seperti juga
kita orang dewasa, siswa juga memiliki minat sendiri. Ada siswa yang minat nya
sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat
adalah salah satu motivator penting bagi siswa untuk dapat ‘terlibat aktif’
dalam proses pembelajaran. Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan
minat siswa dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:
a) membantu siswa menyadari bahwa ada
kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
b) menunjukkan keterhubungan antara semua
pembelajaran;
c) ) menggunakan keterampilan atau ide yang
familiar bagi siswa sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan
yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan
d) meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
3.
Profil belajar siswa Profil belajar siswa terkait
dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan
kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar
seseorang. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara
tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar
kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri.
Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan
metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa
kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada
banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini
adalah beberapa yang harus diperhatikan:
·
Visual: belajar dengan melihat (diagram, power
point, catatan, peta, grafik organisator).
·
Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca
dengan keras, mendengarkan musik).
·
Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan
meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga
aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar siswa, maka kita dapat menarik
kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan
pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran siswa diperlukan pembelajaran
yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.Pendekatan
Pembelajaran Berdeferensiasi
Menurut Andini
(2016) pembelajaran diferensiasi menggunakan berbagai pendekatan (multiple
approach) dalam konten, proses dan produk. Dalam kelas diferensiasi, guru akan
memperhatikan 3 elemen penting dalam pembelajaran diferensiasi di kelas yaitu
(1) Content (input) yaitu mengenai apa yang murid pelajari, (2) Proses yaitu
bagaimana murid akan mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang
dipelajarinya, (3) product (output), bagaimana murid akan mendemonstrasikan apa
yang sudah mereka pelajari. Ketiga elemen tersebut di atas akan dilakukan
modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan
tingkat kesiapan murid, ketertarikan (interes) dan learning profile.
Terdapat 3 elemen
penting yang dilakukan diferensiasi, antara lain:
a.
Content,
konten berhubungan dengan apa yang akan murid-muird ketahui, pahami dan yang
akan dipelajari. Dalam hal ini guru akan memodifikasi bagaimana setiap murid
akan mempelajari suatu topik pembelajaran. Misalnya, guru akan mengajarkan
matematikan yang mana tujuan objektifnya adalah murid-murid bisa membaca waktu.
Dari murid-muridnya di kelas, mungkin guru akan menemukan anak yang belum
mengerti mengenai konsep angka, ada juga yang belum mengertai mengenai konsep
waktu dan mungkin beberapa muridmurid di kelasnya sudah memahami dan bisa
membaca waktu dengan baik. Bagi anakanak yang tingkat kesiapannya sudah siap
dan mengerti akan konten yang akan dipelajarinya, hal ini tidak menjadikan
masalah bagi murid untuk belajar hal yang sama sesuai dengan konten yang sudah
ditentukan. Bagi tingkat kesiapannya belum memahami mengenai konten tersebut,
guru perlu melakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan tingkat kesiapan murid
tersebut.
b.
Process,
Proses merupakan cara murid mendapatkan informasi atau bagaimana ia belajar.
Dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam mendapatkan pengetahuan, pemahaman
dan ketrampilan berdasarkan konten yang akan dipelajari. Aktivitas akan
dikatakan efektif apabila berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan
ketrampilan murid. Murid akan bisa mengerjakan dengan sendirinya dan berguna
bagi diri mereka sendiri.
c.
Product,
produk merupakan bukti apa yang sudah mereka pelajari dan pahami. Murid-murid
akan mendemostrasikan atau mengaplikasikan mengenai apa yang sudah mereka
pahami. Produk akan merubah murid dari “consumers of knowledge to producer with
knowledge”.
Dalam konteks
penelitian ini, peneliti mendesain pembelajaran berdasarkan 3 (tiga) elemen
pennting dalam pendekatan berdeferensiasi, dengan mempertimbangkan kondisi
siswa, yang selanjutnya dituangkan dalam RPP yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
2.
Problem Based Learning
Problem Based
Learning pertama kali dikenalkan pada
tahun 1969 di sekolah kedokteran McMaster University, Hamilton, Kanada. Sejak
itu, banyak universitas dan sekolah di seluruh dunia yang menggunakan metode
pembelajaran ini sampai sekarang.
Dalam
Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (2020), problem based learning
diartikan sebagai metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mendapatkan
ilmu baru dari analisis berbagai pengetahuan dan pengalaman belajar yang
dimiliki, serta menghubungkannya dengan permasalahan belajar yang diberikan
guru. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk memberikan siswa
pengalaman belajar yang mengutamakan kemampuan analisis materi secara mandiri.
Dengan adanya permasalahan yang nyata, mereka bisa belajar berpikir kritis,
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuannya
sendiri.
Problem Based
Learning memiliki 5 Karakteristik. dintaranya adalah :
1.
pembelajaran
dimulai dari penyajian masalah atau pertanyaan yang bersifat jelas dan tidak
menimbulkan masalah baru, berakar pada kehidupan nyata, serta sesuai dengan
pembelajaran awal
2.
berfokus
pada keterkaitan antara disiplin ilmu
3.
proses
belajar siswa meliputi kegiatan manganalisis dan merumuskan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen, membuat kesimpulan dan menyajikan hasil akhir,
4.
siswa
bertugas untuk menjelaskan ap yang telah mereka pelajari
5.
kegiatan
belajar dilakukan secara kolaboratif dimana siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil.
Dari kelima karakteristik
di atas, fokus utama pembelajaran berbasis masalah bukanlah untuk menghafal
materi melainkan pada kegiatan siswa dalam menemukan pengetahuan barunya
melalui proses berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan solusi.
3.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku
tertentu.
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 3) mengatakan bahwa
motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu
motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan
hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,
mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya; (2) motif sosiogenetis, yaitu
motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang
tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi
dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan
mendengarkan musik, makan pecel, makan cokelat, dan lain-lain; (3) motif
teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan,
sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha
Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik,
berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan
akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Menurut Haris Mudjiman (2008 : 37) mengatakan
bahwa motivasi belajar dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk menguasai
sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan
dari luar diri untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif
merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas
tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah pemberian motif
artinya pemberian daya penggerak yang merupakan energi psikis yang baru kepada
sasaran sehingga subyek sasaran berperilaku sesuai dengan keinginan yang
dikehendaki. Jadi dapat disimpulkan pula bahwa ada beberapa peranan
penting dari motivasi dalam belajar dan
pembelajaran antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat
belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam
kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar.
4.
Hasil Belajar
Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang dikeluarkan Balai Pustaka, yang
dimaksud prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya) dan belajar berarti berusaha (berlatih, dan sebagainya) supaya
mendapat suatu kepandaian (Poerwadarminta, 2003 :121 dan 910). Menurut
Syaifudin Aswar (2007 : 13) menyatakan arti dari prestasi adalah
hasil yang telah dicapai oleh pebelajar dalam belajar. Sedangkan pengertian
belajar menurut Ngalim Purwanto (2005 :84) adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang
berupa kacakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Menurut Nana Sudjana (2009 : 28) belajar adalah ”Suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil
proses pembelajaran dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuan, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapannya, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya serta aspek
yang ada pada individu. Lebih lanjut dikatakan bahwa belajar adalah proses yang
aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berubah
melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami
sesuatu, bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Dari beberapa teori belajar dan pengertian prestasi, dapat disimpulkan
tentang pengertian belajar, yaitu hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses kegiatan
pembelajaran, dapat diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen lain
yang relevan. Dengan belajar akan dapat memperoleh pengalaman berkat adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya dan prestasi belajar menunjukkan
hasil dari suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
atau pengalaman.
5.
Ilmu Tajwid
Istilah hukum
tajwid sudah tidak asing lagi, khususnya bagi kaum muslim. Pengertian hukum
tajwid secara sederhana adalah hukum yang mengatur tata cara membaca Alquran
dengan benar.
Dalam hukum tajwid, ada banyak aturan dan kaidah yang menuntun umat Islam
agar dapat membaca Alquran. Alquran tidak dapat dibaca secara sembarangan
karena akan mengurangi atau bahkan mengganti makna dari setiap ayat dalam
Alquran.
Agar dapat memahami dasar dari hukum tajwid,
pengertian hukum tajwid perlu dipahami lebih dalam. Berikut ini beberapa
pengertian hukum tajwid dan pentingnya mempelajari hukum tajwid.
Pengertian Hukum Tajwid Menurut Bahasa dan
Istilah
Hukum tajwid memiliki banyak definisi yang
dikemukakan oleh ahli, ulama, dan pemuka agama. Dikutip dari Ilmu Tajwid
Lengkap (Revisi) karya Samsul Amin, berikut pengertian hukum tajwid menurut
bahasa dan istilah.
1. Secara Etimologi
Pengertian hukum tajwid jika dikaji dari asal-usul katanya berasal
dari bahasa Arab, yakni dari kata dan bentuk masdar جوّد
– يجوّد – تجويدا (jawwada- yujawwidu-tajwid). Adapun makna dari kata tersebut
adalah memperbaiki, memperindah, dan memperbagus.
2. Secara
Terminologi
Dalam ilmu terminologi, kata tajwid memiliki
pengertian sebagai berikut:
Artinya:
“Mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya
(tempat keluarnya) dengan memberikan hak-hak dan mustahaq dari sifat yang
dimilikinya"
Berdasarkan penjelasan tersebut, tajwid
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu huruf, baik dari hak-haknya
maupun hukum yang ada karena hak-hak tersebut terpenuhi. Tak hanya itu, tajwid
juga mengatur mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu huruf, huruf mad,
dan lain sebagainya.
Dalam ajaran Islam, tajwid dapat diartikan
sebagai suatu ilmu maupun hukum atau kaidah. Tajwid sebagai suatu ilmu adalah
ilmu yang membahas ilmu yang mempelajari tentang tata cara kaidah dalam membaca
Alquran.
Menurut Imam Ibnul Jazari dalam kitab An Nasyr fil Qira’at Al ‘Asyr
menjelaskan: Tajwid adalah membaca dengan
membaguskan pelafalannya, yang terhindar dan keburukan maknanya, serta membaca
dengan maksimal tingkat kebenarannya dan kebagusannya.
- PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Penelitian Afifah, (2019) ” Penyajian mata pelajaran PAI
khususnya pada materi Tajwid hukum bacaan Nun mati dan Tanwin yang disajikan
dengan cara konvensional ternyata hasil belajarnya sangat rendah.untuk
itu perlunya pembelajaran berdiferensiasi
2. Penelitian Suwartiningsih (2021) tentang ” Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar
- KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan pada kajian-kajian teori yang telah dipaparkan sejalan dengan
masalah yang telah dirumuskan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Salah satu bentuk pembelajaan
berdiferensiasi adalah dengan memteakkan kebutuhan belajarnya terlebih dahulu
sebelum masuk pada inti pembelajaran. Diantara kebutuhan belajarnya tersebut
adalah:
1.
Readines
2.
Minat
3.
Profil
Belajar
kita bisa mengkondisikan kemampuan anak
berdasarkan salah satu kebutuhan belajar anak di atas. setelah kita memenuhi
kebutuhan belajar anak kita dapat menerapkan dalam strategi diferensiasi. yatu
1.
Diferensiasi
Konten
2.
Diferensiai
Proses
3.
Diferensiasi
Produk
Dalam hal ini kita juga bisa memilih salah satu
strategi diferensiasi di atas dengan materi hukum tajwid
Diagram : Kerangka
berfikir
Pembelajaran Berdiferensiasi |
® |
Problem
Solving Learning |
® |
Motivasi Belajar |
® |
Proses pembelajaran hukum tajwid dengan materi -
awalan -
hukum nun mati dan mim mati -
Kesungguhan -
Partisipasi -
Kerjasama |
® |
Hasil
Belajar |
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
Banyudono yang terletak di jalan Jembungan Banyudono Boyolali 57373. Sekolah
ini terletak di wilayah pedesaan dan di tengah-tengah perkampungan serta sawah
kurang lebih 5 km ke arah timur dari kantor kecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali.
Latar belakang dipilihnya lokasi ini,
mengingat peneliti adalah guru SMA Negeri 1 Banyudono yang bertugas mengampu
mata pelajaran pendidikan jagama islam dengan materi yang diajarkan disesuaikan
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah diterapkan di Sekolah.
Dengan melakukan penelitian di sekolah sendiri, peneliti berkesempatan untuk
mengenali dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di kelas secara efektif,
efisien dan produktif.
B.
Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan pada semester 1 Tahun
Pelajaran 2022/2023 dan direncanakan akan dilaksanakan sesuai
dengan pembagian jadwal penelitian
sebagai berikut :
No |
Kegiatan Penelitian |
Bulan |
|||||||||||||||||||||
Agustus |
Sept. |
Oktober |
November |
Des. |
|||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Pembuatan Proposal dan Ijin Penelitian. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengembangan Kajian Teori |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengambilan Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Analisis Data |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Penyusunan Laporan Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C.
Subjek Penelitian
Dalam
penelitian ini subjek pelaku tindakan adalah guru pendidikan agama islam dan siswa kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Banyudono semester 1 tahun pelajaran
2022/2023 yang terdiri dari 36 siswa sebagai subjek yang dikenai tindakan.
Subjek penelitian ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, yakni ada
sebagian siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah.
D.
Sumber Data
1. Tempat dan peristiwa
Tempat yang menjadi sumber data dalam
pelaksanaan ini adalah kelas XI IPS.1 SMA Negeri 1 Banyudono. Sedangkan
peristiwa yang dijadikan sumber data adalah proses kegiatan pembelajaran.
2. Informan
Sumber data lain yang ada
adalah hasil wawancara dari informan yang meliputi, kolaborator atau guru
pendidikan jasmani dan siswa yang melaksanakan proses pembelajaran.
3. Dokumen dan arsip
Sumber
data lain berupa dokumen yang meliputi hasil evaluasi siswa dan dokumen lain
berupa foto-foto kegiatan pembelajaran
E.
Prosedur PTk
Prosedur
PTK meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan
dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan. Siklus-siklus tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a.
Siklus 1
No |
Tindakan |
Tindakan yang akan dilakukan |
1 . |
Planning |
1) Guru mengumpulkan data
yang menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesukaran dalam pelajaran ilmu TAJWID. 2) Pengumpulan data
tersebut dilakukan dari hasil evaluasi atau tes materi ilmu tajwid pada ayat sebelumnya, wawancara, observasi,
dll. 3) Guru membuat skenario
pembelajaran dengan menggunakan berbagai pola latihan yang dijenjang dari
yang paling mudah ke tingkat yang lebih komplek. 4) Membuat lembar observasi
untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran ketika latihan atau metode
tersebut diterapkan. 5) Lembar observasi ini
digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam melakukan gerakan
ilmu TAJWID, serta untuk mengetahui media yang digunakan dalam proses
pembelajaran apakah sudah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
melakukan keterampilan dasar ilmu TAJWID. 6) Menyiapkan fasilitas dan
sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka optimalisasi materi ilmu TAJWID.. 7) Menyiapkan cara merekam
dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. |
2 |
Acting |
1) Guru membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok sesuai materi yang hendak disampaikan. 2) Guru memberikan materi
awal berupa ilmu TAJWID dasar secara bertahap nun sukun, mim mati dan mad. 3) Cara melaksanakan pembelajaran: a) pengenalan hukum nun mati an
tanwin b) peserta didik mengidentifikasi
setiap huruf-huruf yang terdapat dalam hukum bacaan nun mati melalui
pengamatan di youtube atau di blog sesuai profil belajar mereka c) peserta didik membedakan hukum
bacaan dalam ilmu TAJWID hukum nun mati d) peserta didik dapat
mengidentifikasi hukum-hukum bacaan TAJWID 4) Dalam setiap tahapan peserta
didik diberi waktu untuk saling tukar pengalaman dengan teman satu kelompok.
sehingga terwujud tutuor sebaya. 8) Guru memberikan evaluasi
atau tes ilmu TAJWID kepada seluruh peserta
didik secara individual. 9) Menganalisis hasil
evaluasi, jika hasilnya belum mencapai target yang diinginkan, guru melakukan refleksi
kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I. |
3 |
Observing |
1) Guru melakukan observasi
dengan memakai format observasi, mengumpulkan data-data yang telah diperoleh,
berupa data hasil evaluasi, data hasil observasi, data hasil wawancara, data
berupa angket. 2) Guru mencatat semua
proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran, diskusi dengan kolaborator
tentang pelaksanaan tindakan dan mencatat kelemahan-kelemahan pada siklus I,
baik ketidaksesuaian antara tindakan dengan skenario maupun respons peserta
didik. |
4 |
Reflecting |
1) Guru sebagai peneliti
mengolah atau menganalisis data yang telah diperoleh. 2) Menentukan kesimpulan
sementara dengan menggunakan data,
dilakukan evaluasi dan refleksi untuk membuat revisi perbaikan pada
tindakan di siklus-siklus berikutnya. 3) Kesimpulan tersebut dapat
direfleksi dari penguasaan guru terhadap aplikasi atau penerapan pembelajaran berdiferensasi yang diberikan. |
b.
Siklus 2
Dalam siklus II dilakukan dengan melihat hasil
evaluasi yang dilakukan pada siklus I. Jika hasil evaluasi menunjukkan hasil
pembelajaran masih belum mencapai target, perlu adanya refleksi apakah ada
kelemahan metode pada siklus I yang diterapkan oleh guru berkaitan penguasaan
guru terhadap metode pembelajaran
berdiferensiasi. Jika masih ada kekurangan, maka
pada siklus II dilakukan penyempurnaan metode tersebut dalam pembelajaran.
Perlakuan siklus II hampir sama dengan perlakuan pada siklus I, yang ditekankan
adalah penyempurnaan model pembelajaran dan kendala-kendala yang ada oleh guru.
No |
Tindakan |
Tindakan yang akan dilakukan |
1 |
Planning |
1) Guru membuat rencana
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang belum teratasi dan
penetapan masalah. 2) Menentukan indikator
pencapaian hasil belajar. 3) Pengembangan program
tindakan siklus II |
2 |
Acting |
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah
yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang
sudah ditentukan, antara lain melalui : 1) Guru melakukan apersepsi 2) Peserta didik
diperkenalkan dengan materi latihan yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran. 3) Peserta didik
memperhatikan dan memahani materi ajar
tentang ilmu TAJWID. 4) Peserta didik bertanya
tentang ilmu TAJWID yang diberikan. 5) Peserta didik
mempraktikkan bacaan dengan
menerapkan ilmu TAJWID. 6) Peserta didik melakukan
latihan secara kelompok agar saling membantu temannya yang belum mahir. 7) Peserta didik melakukan tes ilmu TAJWID. |
3 |
Observing |
1) Guru dan kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
peserta didik. 2) Melakukan observasi
sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan
yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. 3) Menilai hasil tindakan
sesuai dengan format yang sudah dikembangkan |
4 |
Reflecting |
1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul. 2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II. 3) Evaluasi tindakan II. Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10 % dari siklus I. Dilanjutkan pada siklus III,
jika diperlukan. |
F.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa tes berupa data
kuantitatif dan non tes berupa data kualitatif. Teknik tes digunakan untuk
mendapatkan skor/nilai keterampilan dasar bola basket yang dihasilkan oleh
siswa, baik pada siklus I, siklus II maupun siklus III. Teknik non tes dengan
menggunakan observasi, jurnal siswa dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap
perilaku guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data yang lain diperoleh
melalui catatan harian (jurnal siswa) dan wawancara dengan guru dan beberapa
siswa yang menonjol tentang pelakasanaan pembelajaran dan segala hal yang
melatar belakanginya.
2. Alat
Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data atau instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, jurnal siswa, pedoman
wawancara, angket, dan tes. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
a)
Observasi mengacu pada lembar observasi yang
berisi hal-hal cara guru menyampaikan topik pelajaran, penyajian materi dan
cara mendemonstrasikannya, pembimbingan dan evaluasi. Observasi terhadap siswa
difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti
terlihat pada keaktifan bertanya dan melakukan gerakan-gerakan yang diberikan
oleh guru.
b)
Jurnal yang dibuat oleh siswa berisi laporan
kesan-kesan yang dirasakan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran dintaranya: terhadap guru menjelaskan materi, cara guru mendemonstrasikan gerakan,
cara guru memberikan pelatihan dan pembimbingan dan interaksi yang terjadi di
lapangan.
c)
Wawancara, digunakan untuk mendapatkan data
pendukung yang ditujukan kepada guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan juga beberapa siswa yang menonjol pada saat proses pembelajaran, terutama
tentang masalah yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran dan
faktor-faktor yang mempengaruhi.
d) Angket Motivasi, diberikan kepada para siswa untuk mengetahui berbagai hal
yang berkaitan dengan aktivitas dalam pembelajaran keterampilan lompat jauh. Angket ini diberikan dua kali, yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan
dan pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang
diperoleh melalui angket tersebut dapat diketahui peningkatan kualitas proses
atas keterampilan siswa serta dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi
siswa dalam keterampilan dalam Ilmu
Tajwid.
e)
Tes, untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes keterampilan lompat jauh diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan
atau kelemahan siswa dalam melakukan keterampilan identifikasi Ilmu Tajwid dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan
mutu hasil prestasi siswa. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk
mengetahui tingkat perkembangan keterampilan tersebut
sesuai
dengan siklus yang ada.
G.
Validasi Data
Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu
diuji validitas datanya sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk
mengambil kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk uji validitas data dalam
penelitian ini adalah triangulasi dan
review informasi kunci.
Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding
terhadap data itu. Triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi sumber
data dan triangulasi metode
pengumpulan data. Dalam kaitannya dengan triangulasi
sumber data, peneliti mengutamakan pengecekan informasi dari informan. Informasi
yang diperoleh dari informan dicek silang dengan informan lain. Dalam hal ini
informasi dari kolaborator dicek dengan pengamatan langsung oleh peneliti,
begitu sebaliknya hasil pengamatan dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti
dicek ulang oleh kolaborator dan seterusnya.
Review informan kunci yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi temuan kepada informan pokok sehingga diperoleh
kesepakatan pokok antara informan dan
peneliti tentang data atau interprestasi
temuan itu. Dalam hal ini temuan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan dengan
temuan yang diperoleh kolaborator, begitu pula sebaliknya temuan yang diperoleh
kolaborator dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh dengan peneliti dan
seterusnya. Dengan cara itu, penafsiran sepihak dari peneliti terhadap suatu
informasi dapat dihindari. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti
dengan teman sejawat (pengamat) setelah kegiatan atau kajian dokumen. Transkip
hasil pengamatan dan wawancara perlu dicek kembali keabsahannya.
H.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan teknik deskriptif komparatif dan
deskriptif analitik. Data tes awal dijadikan tolak ukur kemampuan awal siswa
sebelum mendapatkan perlakuan dalam siklus I. Kemudian skenario perbaikan dalam
pelajaran dilakukan dengan memperhatikan instrumen-instrumen yang telah dibuat.
Selanjutnya diberi tes tentang keterampilan bola basket. Demikian selanjutnya
hingga hasil yang diinginkan dapat tercapai.
Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian dianalisis
untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah teknik
deskriptif komparatif dan teknik deskriptif analitik, dengan penjelasan sebagai
berikut :
1)
Data kuantitatif, yakni dengan membandingkan
hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan
hasil pada akhir setiap siklus. Hasil komparasi tersebut untuk mengetahui
indikator keberhasilan dan kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya. Indikator
yang belum tercapai diperbaiki pada
siklus berikutnya, sehingga kekurangan-kekurangan yang telah diperbaiki pada
siklus berikutnya dapat meningkatkan pencapaian kompetensi. Nilai yang
diperoleh siswa dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
2)
Data kualitatif, berasal dari observasi,
jurnal dan wawancara diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan
fokus analisis, kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk
mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan ditandai semakin
meningkatnya keterampilan dasar siswa. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar
dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus
yang ada.
I.
Indikator Kinerja
a. Ukuran keberhasilan peningkatan motivasi
diukur dari adanya peningkatan skor rata-rata kelas tentang motivasi belajar
dan minimal 80 % siswa
meningkat skor motivasi belajarnya.
b. Ukuran keberhasilan peningkatan prestasi belajar
diukur dari adanya peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar dan adanya
pencapaian skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 secara klasikal 85 % dari jumlah siswa.
J.
Rancangan Penilitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan
strategi pembelajaran dengan menggunakan desain atau rancangan Penelitian Tindakan
Kelas (Class Action Research) yaitu
suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang
dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
1. Pengertian
PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) berfokus pada kelas atau proses pembelajaran yang terjadi
di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus tertuju atau mengenai hal-hal
yang terjadi di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) adalah sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan di kelas. (Suharsimi Arikunto : 2008:2).
Menurut Suharjono (2008 : 62) mengemukakan ”ciri khusus PTK adalah adanya
tindakan (action) yang nyata.
Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan
ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan
sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian
tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan”.
Selajutnya Suharjono (2008 : 63) mengatakan pula ”Salah satu ciri khas PTK
adalah adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah,
siswa, dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam pemahaman,
kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya
melahirkan kesamaan tindakan (action)”.
Jadi dapat disimpulkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah untuk memperbaiki proses dan hasil belajar sekelompok peserta
didik. Peneltian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitain yang bersifat
reflektif. Kegiatan penelitian diawali oleh permasalahan nyata yang dihadapi
oleh guru dalam proses pembelajaran kemudian direfleksikan alternatif pemecah
masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana
dan terukur. Hal ini kemudian dijadikan dasar kajian untuk mengatasi masalah
tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana telah disusun, kemudian dilakukan
suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan
refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses
refleksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana
tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan
berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
2. Model Penelitian Tindakan
Suharsimi Arikunto (2008 : 16) mengemukakan
”Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan
yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim
dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai
berikut :
Diagram 2 : Tahapan dalam penelitian tindakan
(Suharsimi Arikunto, 2008:16)
Hasil
Plagiarisme
Komentar
Posting Komentar